Sabtu, 21 April 2012

makalah kesulitan belajar siswa by tomi madridista

KESULITAN BELAJAR

Di ajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah BK belajar anak sd
Dosen Pengampu sukma , S.Pd, M.p.d







Disusun
oleh

Nama  Tomi risadi
Npm   09020127

 

 

 

 

 

 

 

 

 


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMADIYAH PROPINGSI LAMPUNG



KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat allah SWT, atas berkah dan rahmatnya sarta ridho dan karunia-Nya makalah Teknik Bimbingan dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun agar mahasiswa memperoleh wawasan yang komprehensif mengenai hubungan dan proses konseling dan memperkokoh pemahaman tentang pentingnya bimbingan dan konseling, mengedepankan perubahan paradigma berfikir dalam mempersepsi konsep bimbingan dan konseling itu sendiri. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.    Dr, Tri Yuni Hendrowati, M.Pd selaku Ketua STKIP Muhammadiyah Pringsewu.
2.    Sukma .S.Pd ,M.p.d ,selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


                                                                           
                        


                                                  





DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL       i
KATA PENGANTAR       iii
DAFTAR ISI       iv 

BAB 1 PENDAHULUAN   
A.Latar Belakang Kesulitan Belajar   
B.Kesulitan Belajar   
BAB II PEMBAHASAN
A.Tanda-tanda Krsulitan Belajar   
B.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi proses belajar   
C.Beberapa jenis Kesulitan Belajar   
D.Macam-Macam Kesulitan Belajar   
E.Mengatasi Kesulitan Belajar   
BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan   


DAFTAR PUSTAKA









BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Terjadinya Kesulitan Belajar.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari nenurunya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan denga munculnya kelainan prilaku (Misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak   di dalam kelas, megusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri yang disebut faktor internal, dan yang terdapat diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal
B.    .Kesulitan belajar

Kesulitan Belajar atau "Learning Disabilities, LD" adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.
Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung.

Bila tidak ditangani dengan baik dan benar akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidupnya di kemudian hari.

Kepekaan orangtua, guru di sekolah serta orang-orang di sekitarnya sangat membantu dalam mendeteksinya, sehingga anak dapat memperoleh penanganan dari tenaga profesional sedini dan seoptimal mungkin, sebelum menjadi terlambat.

Kesulitan Belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak dapat terlihat secara langsung. Setiap individu yang memiliki kesulitan belajar sangatlah unik. Seperti misalnya, seorang anak "dyslexia", yang sulit membaca, menulis dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam matematika.
Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar memiliki intelegensi rata-rata bahkan diatas rata-rata. Seseorang terlihat "normal" dan tampak sangat cerdas tetapi sebaliknya ia mengalami hambatan dan menunjukkan tingkat kemampuan yang tidak semestinya dicapai dibandingkan dengan yg seusia dengannya.
Walau demikian, individu dengan kesulitan belajar bisa sukses di sekolah, di dunia kerja, dalam hubungan antar-individu, dan di dalam masyarakat bila disertai dengan dukungan dan perhatian yang tepat.Deteksi Dini Kesulitan Belajar




























BAB II
 Pembahasan
A.    Tanda-tanda Kesulitan Belajar
Tanda tanda kesulitan belajar sangat bervariasi dan tergantung pada usia anak.
1. Pada Usia Pra-Sekolah:

•    Keterlambatan berbicara jika dibandingkan dengan anak seusianya
•    Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
•    Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
•    Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat
•    Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari
•    Mengalami kesulitan dalam menghubung-hubungkan kata dalam suatu kalimat
•    Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
•    Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya
•    Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu
•    Menghindari pekerjaan tertentu seperti menggunting dan menggambar

2. Pada Usia Sekolah
•    Daya ingatnya (relatif) kurang baik
•    Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya huruf d dibaca b, huruf w dibaca m. (buku dibaca duku)
•    Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya
•    Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matemetika, misalnya tidak dapat membedakan antara tanda – (minus) dengan +(plus) , tanda + (plus) dengan x (kali), dan lain-lain.
•    Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat
•    Sangat aktif dan tidak mampu menyele-saikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas
•    Impulsif (bertindak sebelum berpikir)
•    Sulit konsentrasi atau pehatiannya mudah teralih
•    Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah
•    Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya
•    Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya
•    Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya
•    Menolak bersekolah
•    Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu
•    Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen
•    Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu

3. Pada Usia Remaja dan Dewasa:
•    Membuat kesalahan dalam mengeja berlanjut hingga dewasa
•    Sering menghindar dari tugas membaca dan menulis
•    Kesulitan dalam menyimpulkan suatu bacaan
•    Kesulitan menjawab suatu pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/atau tulisan
•    Kemampuan daya ingat lemah
•    Kesulitan dalam menyerap konsep yang abstrak
•    Bekerja lamban
•    Bisa kurang perhatian pada hal-hal yang rinci atau bisa juga terlalu fokus kepada hal-hal yang rinci
•    Bisa salah dalam membaca informasi

Individu dengan Kesulitan Belajar atau Learning Disabilities (LD) membutuhkan
•     Identifikasi sedini mungkin
•    Tes dan observasi untuk memper-oleh gambaran apa yang menjadi kekuatan dan kelemahannya
•    Rencana Pembelajaran Individual (Individual Education Program/IEP)
•    Dukungan dari orangtua dan guru (pendidik) yang memahami kesulitan belajar
•     Konseling dari profesional terkait
•     Pengembangan kemampuan dan ketrampilan untuk mandiri
•    Pendidikan kejuruan dan pelatihan kerja
•     Memiliki atasan yang dapat memahami keadaannya





B.    Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa
 Para ahli seperti Cooney, Davis &
Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan
tersebut, di antaranya:
1.    Faktor Fisiologis

Faktor-faktor yang penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian
tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan
pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada
bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa
akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak
anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.
Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu,
siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran,
penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi
kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu
siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait
dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian
depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa
kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik
putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan
sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi
perhatian para orang tua.


2.    Faktor Sosial

Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan
masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan
belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa
sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang
tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar
yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat
sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh
hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa
Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan
kemauan anaknya unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau
ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya
tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan
sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang
mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur,
masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang
tua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun
kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh
dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk
belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan
cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa,
harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih
cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan
menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat
dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,
dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di
samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar
menjadi sangat menentukan.


3. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar
secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata
pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.
Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang
sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang
menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri,
siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya
sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat
menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik
akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak
yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang
berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama
yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu
siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang
guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat
juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh
guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat
merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.
Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3
dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampu
mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai
kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja,
namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini,
diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya, tindakan seorang
guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan
tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat
juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu
mata pelajaran.

4.Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa.
Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat
kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada
yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan
bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab
kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan
prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SLTP yang
tidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9, ataupun 1 : ½. Siswa
seperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan karena materi terebut
menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari matematika ataupun
IPA SLTP. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya
mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat
tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih
baik.
5.    Faktor Kependidikan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait
dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang
selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk
belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang
salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang
membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari
faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan
ketidak berhasilan siswa tersebut.
Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya
menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang
berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai
dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang
menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat
berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung
tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.
Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya
lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada
keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A
yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang
sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu
dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak
memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka
membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai
guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas
dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata
ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah
seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi,
kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam
menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan
orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari
untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah
peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor
Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh
faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan
tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi
Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan
mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM
terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya,
mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa akan berhasil dengan gemilang.
dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks.
Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :

1.    Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
•    Jasmani, yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh
•    Psikologis, yang terdiri dari faktor inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
•    Kelelahan yang terdiri dari faktor kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2.    Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
•    Keluarga, yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
•    Sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
•    Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

1.    Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut pengumpulan data.

2.    Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.

3.    Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.

4.    Prognosis, merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.

5.    Perlakuan, yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.

6.    Evaluasi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan Widodo, 2000: 96)
A.    Beberapa Jenis Kesulitan Belajar

Cap yang kita berikan pada anak dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak. Misalnya kita sering mengatakan pada anak kita kalau dia nakal, maka dia akan semakin sering bertingkah laku nakal karena dia sudah menganggap dirinya memang nakal. Demikian juga kalau kita mengecap mereka bodoh, tidak mau berusaha, atau malas, karena nilai-nilai mereka di sekolah buruk atau karena tidak bisa mengikuti pelajaran. Padahal belum tentu mereka bodoh atau malas. Mungkin mereka memang mengalami beberapa kesulitan dalam belajar.

Dalam belajar, ada beberapa jenis kesulitan yang mungkin dialami anak-anak. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam membaca atau berhitung. Dan penyebabnya bukan karena mereka malas atau bodoh, tapi mungkin karena ada gangguan persarafan.

Ada tiga jenis gangguan belajar yang mungkin dialami dan diderita anak, yaitu menyangkut kemampuan membaca (disleksia), kemampuan berhitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia).

DISLEKSIA
Gejala dari kesulitan membaca ini adalah kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikannya. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.

Ada pun ciri-ciri anak yang mangalami disleksia adalah:
1. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
2. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata.
9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
11. Lupa mencantunkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.
12. Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.
13. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.
14.  Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang       naik, kadang turun.
15. Menempatkan paragraf secara keliru.

Walau pun mengalami kesulitan-kesulitan tersebut di atas, anak yang mengalami gangguan disleksia sebetulnya mempunyai kelebihan. Mereka biasanya sangat baik di bidang musik, seni, grafis dan aktivitas-aktivitas kreatif lainnya. Cara mereka berpikir adalah dengan gambar, tidak dengan huruf, angka, simbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi. Kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut.

penghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan.Dalam referensi lain juga dijelaskan mengenai pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan –hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelain mental ), akan tetapi dapat juga disebabkan oelh faktor –faktor non –intekgensi. Dengan demkian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah –masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.
B.    Macam Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1.    Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2.    Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
3.    Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4.    Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.    Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.

C.    Mengatasi Kesulitan Belajar
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyebutkan keterlambatan membaca adalah disleksia. Istilah ini sebenarnya merupakan nama bagi salh satu jenis keterlambatan membaca saja. Semasa awal kanak-kanak, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa lisan. Selanjutnya ketika tiba masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam memahami maknanya.
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan tersebut.. Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata, maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas. beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :
Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan
Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata
Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal
Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
Mengabaikan tanda baca.

 Kiat Mengatasi Problem Dysleksia
   
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak anda dengan phonic dan membaca:
Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.

Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat memusatkan perhatian.
Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.

Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.

Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan kesalahan. Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi bantuan.

Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.

Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca kembali tulisan tersebut.

Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara keras pada anak anda. Jik anda selalu membacakan cerita waktu tidur, pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh kegembiraan.

Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah. 
Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
   
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya). Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas, keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan. 
Kiat Mengatasi Problem Dysgrapia
   
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Problem dysgraphia muncul pada Stephen saat sekolah dasar, ia memiliki nilai yang bagus pada masa-masa awal, akan tetapi kemudian nilainya jatuh dan akhirnya guru Stephen di kelas V memanggilnya, dan juga memanggil orang tuanya. Guru tersebut meminta orang tua Stephen untuk mengajari Stephen mengetik pada mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable). Hasilnya nilai dan prestasi Stephen meningkat secara tajam.
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat:
Meminta fotokopi dari catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang memiliki tulisan tangan yang bagus ; mereka dapat mengandalkan teman tersebut danmengandalkan buku teks untuk belajar.
Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran
Sebagai ganti menulis jawaban tes dengan tangan, mereka dapat :
Melakukan tes secara lisan

Mengerjakan tes dengan pilihan ganda.
Mengerjakan tes-tes yang dibawa pulang (take – home test) atau tes dalam kelas dengan cara menegtik.
Bila strategi-strategi di atas tidak mungkin dilakukan Karena beberapa alasan, maka anak-anak penderita dysgraphia harus diijinkan untuk mendapatkan waktu tambahan untuk tes-tes dan ujian tertulis.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini memberikan perbedaan yang segera tampak pada anak. Dari pada mereka harus bersusah payah mengusaia suatu keterampilan yang sangat sulit bagi mereka, dan nantinya mungkin akan jarang butuhkan ketika beranjak dewasa, mereka dapat berkonsentrasi untuk mempelajari keterampilan lain, dan dapat menunjukkan apa yang mereka ketahui. Hal ini membuat mereka merasa lebih baik berkenaan dengan sekolah dan diri mereka sendiri. tidka ada alasan untuk menyangkal kesempatan bagi seorang anak yang cerdas untuk meraih kesuksesan di sekolah. selain itu, karena pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak, maka tidak sepadan resiko membiarkan anak menjadi semakin lama semakin frustasi dan menjadi putus asa karena pekerjaan sekolah.

Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
   
Berhitung merupakan kemampuan yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan :
membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya. kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif.
kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok. ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika saat mengerjakan persamaan. kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh.
Meskipun banyak masalah yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenai gambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
Seorang anak bersama Jesica (sepuluh tahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan mata pelajaran matematika. Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada mata pelajaran lain, nilainya baik. Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertas dan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”.

Kiat Mengatasi Anak Dengan Dyscalculia
    Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. pada tingkat pendidikan dasar berbagai kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta berhitung. Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang lain. Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Wood, Derek et al. Penerjemah Taniputra. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar (Terjemahan). Yogyakarta : Kata Hati.
Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi Putra
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching
Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company.

1 komentar:

Soal kepribadian bk

    Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan positif (+) bila sesuai dengan anda, atau negatif (-) bila tidak sesuai dengan anda....